Saturday, 10 December 2011

ILMU UKUR TANAH

 ILMU UKUR TANAH

GEODESI MENCAKUP KAJIAN DAN PENGUKURAN LEBIH LUAS, TIDAK SEKEDAR PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI DI DARAT, NAMUN JUGA DIDASAR LAUT UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN, JUGA PENENTUAN BENTUK DAN DEMENSI BUMI BAIK DENGAN PENGUKURAN DIBUMI DAN DENGAN BANTUAN PESAWAT UDARA, MAUPUN DENGAN SATELIT DAN SISTEM INFORMASINYA.
ILMU UKUR TANAH DIDEFINISIKAN ILMU YANG MENGAJARKAN TENTANG TEKNIK-TEKNIK / CARA-CARA PENGUKURAN DIPERMUKAAN BUMI DAN BAWAH TANAH DALAM AREAL YANG TERBATAS (±20’-20’ ATAU 37 Km x 37 Km) UNTUK KEPERLUAAN PEMETAAN DLL.

MENGINGAT AREAL YANG TERBATAS , MAKA UNSUR KELENGKUNGAN PERMUKAAN BUMI DAPAT DIABAIKAN SEHINGGA SISTEM PROYEKSINYA MENGGUNAKAN PROYEKSI ORTHOGONAL DIMANA SINAR-SINAR PROYEKTOR SALING SEJAJAR ATAU SATU SAMA LAIN DAN TEGAK LURUS BIDANG PROYEKSI. SEDANGKAN PADA PETA DAPAT DIDEFINISIKAN SEBAGAI GAMBARAN DARI SEBAGIAN PERMUKAAAN BUMI PADA BIDANG DATAR DENGAN SKALA DAN SISTEM PROYEKSI TERTENTU.
UNTUK MEMUDAHKAN PENENTUAN SUATU WILAYAH, MAKA BUMI DIBATASI MENJADI GARIS BUJUR DAN GARIS LINTANG

Berdasarkan ketelitian pengukurannya,
Ilmu Geodesi dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu:
- Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic surveying ini digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang lengkung (bola / ellipsoid).
- Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan mengunakan bidang hitung yaitu bidang datar.

Dalam praktikum ini kita memakai Plane Surveying (Ilmu Ukur Tanah). Ilmu ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk pengumpulan dan pemerosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.

Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan melakukan pekerjaan-perkerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat di bangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik ketiga aspek tersebut diatas.


Praktikum Ilmu Ukur Tanah dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori-teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah seperti poligon, azimuth matahari, pengikatan kemuka, detail situasi dan proses penggambaran peta.




Tujuan yang ingin dicapai dari pratikum Ilmu Ukur Tanah adalah agar praktikan dapat mengetahui dan memahami dengan baik tahapan:
- Pengukuran poligon dan pengolahan data
- Pengukuran azimuth matahari dan pengolahan data
- Pengukuran pengikatan kemuka dan pengolahan data
- Pengukuran detail situasi dan pengolahan data
- Penggambaran peta



Pemetaan situasi dilakukan dalam beberapa tahap pekerjaan, yaitu sebagai berikut:
- Orientasi lapangan dan persiapan pengukuran.
- Proses pengumpulan data, mencakup:
- Pengukuran poligon
- Pengukuran azimuth matahari
- Pengukuran pengikatan kemuka
- Pengukuran detail situasi
- Proses pengolahan data, mencakup:
- Hitungan azimuth matahari
- Hitungan poligon
- Hitungan detail situasi.
- Hitungan pengikatan kemuka
- Proses penyajian data, mencakup:
- Penggambaran ( kartografi )
- Laporan




JENIS PETA

Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Peta berdasarkan isinya:
1. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang  diperlukan untuk navigasi pelayaran.
2. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan pembentuk   tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.
3. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya.
4. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.
5. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah
6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya.
7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.
8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang   mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala  1 : 10 000 atau lebih besar.
9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.
10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari 1 : 100 000.


PETA BERDASARKAN SKALANYA:


Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.
Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000.
Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.

PETA TANPA SKALA KURANG ATAU BAHKAN TIDAK BERGUNA. SKALA PETA MENUNJUKKAN KETELITIAN DAN KELENGKAPAN INFORMASI YANG TERSAJI DALAM PETA.

PENULISAN SKALA PETA


SKALA PETA DAPAT DINYATAKAN DALAM BEBERAPA CARA :
     1.         ANGKA PERBANDINGAN, MISAL 1: 1.000.000 MENYATAKAN 1 cm atau 1 inch DI            PETA SAMA DENGAN 1.000.000 cm/  inch DIPERMUKAAN BUMI
     2.         PERBANDINGAN NILAI , MISAL 1 CM UNTUK 10 km
     3.         SKALA BAR ATAU SKALA GARIS
GARIS INI DITETAPKAN ATAU DIGAMBARKAN DALAM PETA DAN DIBAGI-BAGI DALAM INTERVAL YANG SAMA, SETIAP INTERVAL MENYATAKAN BESARAN PANJANG YANG TERTENTU. PADA UJUNG LAIN, BIASANYA SATU INTERVAL DIBAGI-BAGI LAGI MENJADI BAGIAN YANG LEBIH KECIL DENGAN TUJUAN AGAR PEMBACA PETA DAPAT MENGUKUR PANJANG DALAM PETA SECARA LEBIH TELITI.

PETA BERDASARKAN PENURUNAN DAN PENGGUNAAN


- PETA DASAR : DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT PETA TURUNAN DAN PERENCANAAN UMUM MAUPUN PENGEMBANGAN SUATU WILAYAH. PETA DASAR PADA UMUMNYA MENGGUNAKAN PETA TOPOGRAFI
- PETA TEMATIK: DIBUAT ATAU DITURUNAN BRDASARKAN PETA DASAR DAN MEMUAT TEMA-TEMA TERTENTU ARTI PENTING PETA (IUT) DALAM TEKNIK SIPIL (REKAYASA)

INFORMASI YANG TERDAPAT DALAM PETA:
MERUPAKAN MINIATUR BENTANG ALAM DARI DAERAH YANG TERPETAKAN
JARAK, ARAH, BEDA TINGGI DAN KEMIRINGAN DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAINYA
ARAH ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN DAERAH TANGKAPAN HUJAN
UNSUR-UNSUR ATAU OBYEK YANG TERGAMBAR DI LAPANGAN
PERKIRAAN LUAS SUATU WILAYAH
POSISI SUATU TEMPAT SECARA RELATIF
JARINGAN JALAN DAN TINGKAT ATAU KELASNYA
PENGGUNAAN LAHAN, DLL.


JENIS PENGUKURAN
PENGUKURAN UNTUK PEMBUATAN PETA BISA DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN CAKUPAN ELEMEN ALAM, TUJUAN, CARA ATAU ALAT DAN LUAS CAKUPAN PENGUKURAN.


Berdasarkan alam:
  Pengukuran daratan (land surveying): antara lain
pengukuran topografi, untuk pembuatan peta topografi, dan pengukuran kadaster, untuk membuat peta kadaster.
  Pengukuran perairan (marine or hydrographic surveying): antara lainpengukuran muka dasar laut, pengukuran pasang surut, pengukuran untuk pembuatan pelabuhan dll-nya.
  Pengukuran astronomi (astronomical survey): untuk menentukan posisi di muka bumi dengan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap benda langit.


Berdasarkan tujuan:
·         Pengukuran teknik sipil (engineering survey): untuk memperoleh data dan peta pada pekerjaan-pekerjaan teknik sipil.
·         Pengukuran untuk keperluan militer (miltary survey).
·         Pengukuran tambang (mining survey).
·         Pengukuran geologi (geological survey).
·         Pengukuran arkeologi (archeological survey).


Berdasarkan cara dan alat:
a. Pengukuran triangulasi,
b. Pengukuran trilaterasi,
c. Pengukuran polygon,
d. Pengukuran offset,
e. Pengukuran tachymetri,
f. Pengukuran meja lapangan,
g. Aerial survey,
h. Remote Sensing, dan
i. GPS.
 a, b, c dan i untuk pengukuran kerangka dasar, d, e, f, g dan h untuk pengukuran detil.
Berdasarkan luas cakupan daerah pengukuran:
Pengukuran tanah (plane surveying) atau ilmu ukur tanah dengan cakupan pengukuran
 37 km x 37 km. Rupa muka bumi bisa dianggap sebagai bidang datar.
Pengukuran geodesi (geodetic surveying) dengan cakupan yang luas. Rupa muka bumi merupakan permukaan lengkung.


PENGUKURAN DAN PEMETAAN DALAM DAUR PEKERJAAN TEKNIK SIPIL
BANGUNAN-BANGUNAN TEKNIK SIPIL BUKANLAH SISTEM YANG MATI. JARINGAN JALAN MISALNYA, MERUPAKAN SISTEM YANG MEMPUNYAI DAUR HIDUP, YAITU MEMPUNYAI UMUR RENCANA DENGAN ANGGAPAN-ANGGAPAN TERTENTU, MISALNYA VOLUME LALU-LINTAS YANG SELALU BERUBAH DARI WAKTU KE WAKTU. URUTAN DAUR PENGEMBANGAN SEBETULNYA TIDAK HARUS BERUPA LANGKAH DESKRIT DARI AWAL TERUS SELESAI, TETAPI LEBIH MENYERUPAI PROSES YANG MELINGKAR DAN MUNGKIN MELONCAT.

PROSES PEMETAAN TERISTRIS


PEMETAAN TERISTRIS ADALAH PROSES PEMETAAN YANG PENGUKURANNYA LANGSUNG DILAKUKAN DIPERMUKAAN BUMI DENGAN PERALATAN TERTENTU.
WAHANA PEMETAAN TIDAK HANYA DAPAT DILAKUKAN SECARA TERISTRIS, NAMUN DAPAT PULA SECARA FOTOGRAMETIS (FOTO UDARA), RADARGRAMETRIS (BERBEDA PANJANG GELOMBANG DGN FOTOGRAMETRIS), VIDEOGRAFIS, TEKNOLOGI SATELIT DSB.


DASAR PEMILIHAN WAHANA
PEMILIHAN WAHANA TERSEBUT TERGANTUNG DARI :
- TUJUAN PEMETAAN
- TINGKAT KERINCIAAN OBYEK YANG HARUS DISAJIKAN
- CAKUPAN WILAYAH YANG DIPETAKAN.



0 comments:

Post a Comment